Yang Sehat, Yang Kaya
Oleh: Filo Supianti, S.Si (ASN BPS Kota Bengkulu)
Kesehatan adalah hal yang paling berharga dalam kehidupan manusia. Setiap jiwa akan berusaha menjadi pribadi yang sehat. Berbagai cara dilakukan untuk menjaga kesehatan mulai dari berolah raga, makan makanan yang sehat, minum vitamin, konsultasi ke dokter dan sebagainya. Semua yang dilakukan demi sebuah kata “sehat”.
Biaya untuk kesehatan pun beraneka ragam. Dari yang sekedar lari pagi yang tidak membutuhkan biaya hingga konsultasi kedokter, bahkan sampai keluar negeri, yang membutuhkan biaya yang cukup lumayan besar untuk sebagian orang.
Tingkat kesehatan dan kesejahteraan di suatu daerah tercermin dari berbagai indikator, salah satunya angka harapan hidup (AHH). Semakin tinggi nilai AHH pada suatu daerah menunjukkan semakin berhasilnya pembangunan kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya.
Tercatat menurut BPS, AHH masyarakat Bengkulu tahun 2020 sebesar 67,47 tahun untuk laki-laki dan 71,27 tahun untuk perempuan. Angka tersebut menggambarkan bayi yang lahir menjelang tahun 2020 akan dapat hidup hingga 67 tahun untuk laki-laki dan 71 tahun untuk perempuan. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 65,92 tahun untuk laki-laki dan 69,81 tahun untuk perempuan.
Namun disisi lain, pada tahun 2020, terdapat 30,23 persen penduduk Bengkulu yang mempunyai keluhan kesehatan selama sebulan terakhir, dimana 55,86 persen tidak melakukan pengobatan ke fasilitas kesehatan (berobat jalan). Alasan terbesarnya adalah mengobati sendiri.
Menurut Global Medical Trends Survey Report, 2020, biaya kesehatan di Indonesia dari tahun 2018-2020 semakin mahal. Biaya pengobatan ke fasilitas kesehatan yang terus meningkat, menjadi salah satu pendorong penduduk melakukan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Uang yang tersedia dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan yang dianggap lebih penting dibanding biaya pengobatan. Ketika sakit cukup diobati dengan obat yang dibeli di apotik atau warung, tidak perlu kedokter atau tenaga kesehatan. Padahal jika keluhan tersebut tidak ditangani dengan tepat, dapat menimbulkan penyakit yang lebih parah dikemudian hari.
Tapi inilah kenyataan yang biasa terjadi pada penduduk miskin. Perut yang lapar lebih mengerikan dibanding keluhan kesehatan. Sakit dibadan mungkin dapat ditahan, namun tangisan anggota keluarga yang ingin makan sangat menyayat hati.
Kondisi ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah derah. Apalagi faktanya persentase penduduk miskin Provinsi Bengkulu ditahun 2020 menduduki urutan kedua tertinggi di Pulau Sumatera.
Solusi dari pemenuhan kesehatan salah satunya adalah jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan akan memberikan dorongan untuk melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan atau fasilitas kesehatan. Pemberian jaminan kesehatan gratis pada penduduk miskin memberikan harapan pemenuhan kesehatan, sehingga dapat memperbaiki tingkat kesehatan penduduk miskin.
Akan tetapi pemerintah daerah harus mengawasi, memastikan agar jaminan tersebut sampai pada penerima yang layak.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi harus diiringi dengan perbaikan tingkat kesehatan penduduknya.Kesehatan menjadikan penduduk tangguh sehingga mampu menumbuhkan ekonomi.
Filo Supianti, ASN BPS Kota Bengkulu
